18 Agustus 2021

Selayang Pandang Tragedi Asyura

Asyura. Kata ini akrab di telinga rakyat Indonesia, terutama umat Islam. Budaya Grebeg Suro, Bubur Suro dan Tabuik Pariaman masih lestari di nusantara hingga sekarang. Setiap bulan Muharram, tepatnya hari ke-10, di pulau Jawa dan sebagian Sumatera, masyarakat membuat bubur merah dan bubur putih. Bubur merah melambangkan perjuangan, bubur putih melambangkan kesucian.

Resep Bubur Merah Putih khas Jawa & Tips Trik Beserta Penjelasanya
Bubur Suro Merah Putih khas Jawa yang diturunkan oleh wali songo

Setelah diteliti, ternyata tradisi Bubur Suro ini diwariskan oleh para pendakwah islam pertama di nusantara yaitu wali songo. Di Bengkulu, setiap muharram sejak dulu hingga sekarang masih berlangsung upacara Tabot. Upacara ini semula dilakukan untuk mengenang perjuangan cucu Rasulullah Muhammad ﷺ: Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib atau yang lebih dikenal sebagai Al-Husein, putra dari Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Zahra (putri Rasulullah ﷺ)

Lalu apakah itu Asyura? Asyura adalah hari ke-10 Muharam di tahun 61 Hijriah, hari ternaas yang dialami oleh keluarga Rasulullah Muhammad ﷺ. Sepeninggalan beliau, para penguasa zalim menganiaya keluarga termulia itu.

Puncaknya, hanya dalam kurun waktu 50 tahun setelah Rasulullah ﷺ wafat, terjadi pembantaian keji terhadap cucu tersayang beliau, Al-Husein beserta keturunan Rasulullah ﷺ lainnya di Karbala oleh khalifah zalim pada saat itu yaitu Yazid bin Muawiyah dari Bani Umayyah.

Di zaman Al-Husein, kerusakan yang menimpa umat Islam semakin merebak di semua lapisan masyarakat akibat perilaku teror penguasa Yazid bin Muawiyah yang fasik, sehingga para tokoh agama dan tokoh masyarakat memilih membisu melihat kemungkaran yang merajalela karena takut kepada penguasa zalim Bani Umayyah. Mayoritas ulama dan tokoh masyarakat seperti Abdullah bin Umar bin Khattab (Ibnu Umar) memilih tutup mata demi keamanan harta dan keluarga mereka dengan bersumpah setia kepada Yazid.

Namun dengan pengikut loyal yang hanya berjumlah 72 orang, termasuk keluarganya, Al-Husein meneriakkan kata “PANTANG HINA!” di hadapan puluhan ribu pasukan penguasa zalim Yazid bin Muawiyah. Meski harus terbunuh di padang tandus Karbala, Irak, Al-Husein bersama keluarga dan sahabatnya memilih untuk tetap menegakkan Islam yang dibawa kakeknya Muhammad ﷺ, daripada menyerah dan bersumpah setia kepada Yazid bin Muawiyah.

Peristiwa biadab pembantaian cucu tercinta Rasulullah Muhammad ﷺ dan keluarga beserta sahabat setianya oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbala membuat langit runtuh memerah dan seluruh penghuninya menangisi tragedi tersebut.

Para Syuhada Darah Rasulullah ﷺ

Setidaknya 5 saudara Al-Husein ikut syahid: 

  • Abu Fadhl Abbas
  • Abdullah
  • Utsman
  • Ja’far
  • Muhammad

Tiga putra Al-Hasan (kakak Al-Husein) syahid : 

  • Qasim
  • Abubakar
  • Abdullah

Dua orang anak Al-Husein syahid: 

  • Ali Akbar 
  • Ali Ashgar

Keluarga Bani Hasyim lainnya yang dibunuh di padang Karbala pada hari itu juga tak sedikit, setidaknya 7 anak-anak Ja’far dan Aqil juga ikut syahid pada hari itu:

  • ‘Aun bin Abdullah bin Ja’far
  • Muhammad bin Abdullah bin Ja’far
  • Ja’far bin Aqil
  • Abdurrahman bin Aqil 
  • Abdullah bin Muslim bin Aqil 
  • Abu Abdillah bin Muslim bin Aqil 
  • Muhammad bin Abu Sa’id bin Aqil 

Tidak hanya sampai disitu, para para tentara Yazid bin Muawiyah menyempurnakan kebengisannya dengan memenggal seluruh kepala para syuhada dan menancapkannya diujung-ujung tombak. Kemudian mereka mengarak kepala-kepala tersebut sepanjang perjalanan bersama 11 orang sisa keluarga Al-Husein, keturunan Rasulullah ﷺ yang terdiri dari wanita dan anak-anak sebagai tawanan.

Lukisan pengarakan tawanan dan kepala para syuhada Karbala yang mayoritas merupakan darah keturunan Rasulullah ﷺ ke Syam, Damaskus oleh tentara Yazid

Sungguh ini adalah peristiwa paling tragis dan memilukan, mencoreng peradaban manusia sepanjang sejarah dunia. Keluarga suci Nabi Muhammad ﷺ dipermalukan dan dihinakan serendah-rendahnya sepanjang perjalanan ribuan kilometer selama 22 hari dari Karbala ke Kufah, lalu ke istana Yazid di Damaskus di Syam oleh orang-orang Islam yang mengaku sebagai umat Rasulullah ﷺ.

Efek perjuangan Al-Husein di seluruh dunia

Wali Songo, terutama Sunan Kalijaga mengajarkan tradisi Asyura sebagai media penyadaran kepada rakyat untuk melawan ketidakadilan. Heroik dan inspiratif, kisah Asyura tak hanya menggerakkan Sunan Kalijaga, tapi para pejuang keadilan di seluruh penjuru negeri dan dunia.

undefined

Husein adalah panji berkibar yang diusung oleh setiap orang yang menentang kesombongan di zamannya, dimana kekuasaan itu telah tenggelam dalam kelezatan dunia serta meninggalkan rakyatnya dalam penindasan dan kekejaman

Ir. Soekarno
Dikutip dari buku 10 Hari Yang Menggetarkan Dunia: Ucapan dan Komentar Tokoh Dunia karya Saed Zomaezam

undefined

Wahai kalian ksatria mataram, negara Jawa tersimpan sudah dalam cakrawala pemahaman kalian.Pada diri kalian tersimpan watak perilaku, kebijaksanaan Sayyidina Ali dan Sayyidina Hasan. Tertanam juga (pada diri kalian) keberanian Sayyidina Husein.

Ingatlah pada saat Suro nanti, Belanda akan kita lenyapkan dari tanah Jawa, karena terdorong kekuatan para ksatria Muhammad yaitu, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein.

Bertempurlah kalian dengan iringan takbir dan shalawat, jika kelak kalian gugur di medan laga ini, maka kalian akan tercatat syahid sebagaimana gugurnya para sahabat setia Sayyidina Husain di Nainawa (Karbala).

Engkau yang bijak terlibat dalam peperangan ini, adalah orang yg pantas mendapat julukan Ali Basya (gelar kehormatan bagi para ksatria / bangsawan)

Kyai Modjo (Muhammad al-Jawad)
Panglima perang Pangeran Diponegoro. Dikutip dari kitab Babad Perang Dipanegoro, karya pujangga Yasadipura II, Surakarta

undefined

Imam Hasan dan Husein menolak mengakui kepemimpinan Yazid karena itu adalah hal yang batil. Oleh karena itu untuk menjaga harga diri mereka (dan agamanya), mereka menjadi martir

Mahatma Ghandi
The Collected Works Of Mahatma Gandhi, Vol 7, Letter #89, Pg 122-123

Peringatan Asyura: Sunnah Rasulullah ﷺ yang dihapuskan dan diingkari

Dalam literatur Islam Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Sunni) tercatat sahih riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa sejak setengah abad sebelum tragedi Karbala terjadi, Rasulullah ﷺ bahkan sudah menangis sedih dan berderai air mata atas tragedi ini, artinya menangisi kematian Al-Husein di hari Asyura adalah sunnah Rasulullah Muhammad ﷺ!

Riwayat Rasulullah menangisi kematian Al-Husein yang akan datang setelah diberitakan oleh Malaikat Djibril.
Kitab Silsilah Ahadis As-Shohihah juz 2 hal 464 hadis nomor 821, Maktabah Al-Ma’arif riyadh, 1995 karangan Al-bani

Riwayat Rasulullah menangis saat berjalan melewati Karbala (Nainawa).
Kitab Musnad Abu Ya’la al-Mushili, oleh Ahmad bin Ali bin Mutsanna, Jilid 1, halaman 298, terbitan maktabah al-Rusyd dan Dar al-Makmun liturats, cetakan ke-dua 20014 M tahqiq Husein salim Asad.

Sayangnya, kini banyak orang malah memperingati bulan Muharram – bulan kesyahidan Al-Husein, cucu tercinta Rasulullahﷺ – dengan parade dan suka cita. Terlepas dari dalil yang dijadikan landasan untuk bersuka cita, dengan akal sehat saja, apakah etis bergembira di hari ternaas keluarga Rasulullahﷺ? Sedangkan sunnah Rasulullahﷺ untuk berkabung di hari Asyura (yang terbukti di dalam kitab-kitab hadist sahih) malah dilihat seolah-olah sebagai peringatan yang hina dan menjijikkan di mata sebagian muslim saat ini.

Sesungguhnya keadaan yang menyedihkan ini disebabkan oleh fitnah dan propaganda yang disebarkan oleh kelompok Nashibi: pembenci keluarga Rasulullahﷺ, kelompok Yazid bin Muawiyah modern!

Dikarenakan kebohongan dan propaganda mereka, kini banyak umat Islam di Indonesia yang melupakan kejadian Asyura dan beberapa oknum malah sampai ikut melontarkan segala olokan dan tuduhan keji – mulai dari vonis sesat, kafir dan musyrik – yang ditujukan pada peringatan Asyura: Haul Akbar kesyahidan Agung keluarga Rasulullahﷺ di padang Karbala.

Beberapa komentar oleh orang-orang yang terjerumus oleh propaganda Nashibi – para pembenci keluarga Rasulullah Muhammad ﷺ – sehingga mereka ikut mengolok-olok, mengejek, menertawakan, mengatakan kafir, sesat dan musyrik terhadap acara Asyura: acara peringatan kematian Al-Husein pada tanggal 10 Muharram yang merupakan Sunnah Rasulullah ﷺ.
(Sumber: https://youtu.be/MnldxH4qTyA)
Beberapa komentar oleh orang-orang yang terjerumus oleh propaganda Nashibi – para pembenci keluarga Rasulullah Muhammad ﷺ – sehingga mereka ikut mengolok-olok, mengejek, menertawakan, mengatakan kafir, sesat dan musyrik terhadap acara Asyura: acara peringatan kematian Al-Husein pada tanggal 10 Muharram yang merupakan Sunnah Rasulullah ﷺ.
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=UVCMNwFPEVA)

Marilah kita bersama melawan kebohongan, fitnah dan propaganda Nashibi – para pembenci keluarga Rasulullah Muhammad ﷺ – dengan membuka dan membahas tuntas perjuangan Al-Husein dalam revolusi agungnya untuk kemanusiaan, keadilan serta mengembalikan kemurnian ajaran suci yang dibawa kakeknya Rasulullah Muhammad ﷺ.