18 Agustus 2021

Prologue Tragedi Asyura

Untuk membahas sejarah terjadinya tragedi Asyura, kita harus menyisir ulang sejarah dari awal perkembangan Islam sejak zaman Rasulullah ﷺ. Seharusnya tragedi pembantaian keluarga Rasulullah ﷺ di hari Asyura itu tidak mungkin terjadi jika Islam dilaksanakan dengan benar sesuai ajaran Rasulullah ﷺ oleh masyarakatnya. Artinya telah terjadi distorsi ajaran Islam dalam masyarakat sepeninggal Rasulullah ﷺ.


Masa kekhalifahan Imam Ali bin Abi Thalib

35-40 Hijriah

undefinedImam Ali bin Abi Thalib berasal dari keturunan Bani Hasyim. Beliau adalah sepupu Rasulullah ﷺ yang kemudian menjadi menantu setelah menikahi putri Rasulullah ﷺ, Sayyidah Fatimah az-Zahra. Imam Ali adalah seorang sahabat sekaligus menantu yang sudah seperti anak bagi Rasulullah ﷺ dan dididik beliau sejak kecil, bahkan sampai-sampai dikisahkan Imam Ali tidak pernah kafir walaupun sekejap mata. Oleh karena itu beliau memiliki gelar karimul wajah.

Setelah Usman wafat, kaum muslimin mendesak agar Imam Ali dibaiat sebagai khalifah. Dalam suasana kacau, Imam Ali pun dibaiat. Peristiwa itu berlangsung pada 25 Zulhijah 35 H di Masjid Madinah.

Ketika Imam Ali bin Abi Thalib menjabat sebagai khalifah ke-4, beliau disibukkan oleh pembangkangan dari beberapa kelompok masyarakat.

Masyarakat yang hidup di masa kekhalifahan Imam Ali adalah mayoritas keturunan orang-orang kafir Quraisy yang terpaksa masuk Islam ketika penaklukkan Mekah (Futhu Makkah) pada tahun 8 Hijriah. Mereka adalah keturunan tokoh kafir Quraisy yang tewas dibunuh Imam Ali dalam periode peperangan dengan kaum muslimin, yang salah satu diantaranya adalah keluarga Bani Umayyah.

Dendam turun temurun kepada Imam Ali ini tidak pernah surut dan mereka lampiaskan selepas wafatnya Rasulullah ﷺ. Faktor dendam dan kebencian inilah penyebab beberapa kelompok, terutama Bani Umayyah yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, menolak Imam Ali untuk menjadi khalifah pasca wafatnya Rasulullah ﷺ.

Sedangkan di Syam, Muawiyah bin Abu Sufyan yang menjabat sebagai Gubernur, membangkang menolak bersumpah setia kepada Imam Ali dengan berbagai dalih. Dengan kekuasaan dan harta berlimpah sebagai Gubernur Syam, Muawiyah menjadi tempat pelarian banyak pejabat korup yang takut ditangkap oleh Imam Ali. Baitul Mal, harta kaum muslimin dijadikan sebagai harta milik pribadi keluarga Bani Umayyah.

Melalui para ulama pendukungnya, dengan imbalan dinar melimpah, Muawiyah memerintahkan penulisan ribuan hadis palsu untuk menghilangkan hak-hak dan keutamaan Ahlulbait (keluarga) Nabi ﷺ dan memalsukan keutamaan Bani Umayyah di kalangan umat Islam. Hadis-hadis palsu tersebut tersebar ke seluruh penjuru negeri Islam, menjadikan masyarakat asing dengan Ahlulbait Nabi ﷺ. Bahkan masyarakat Islam di Syam berhasil ditipu oleh propaganda Bani Umayyah yang mengaku bahwa Ahlulbait Nabi adalah Abu Sufyan dan keturunannya.

الامناءعنداللةثلاثهاناوجبريلومعاويه

“Orang yang dapat dipercaya disisi Allah ada tiga yaitu: Aku (Muhammad ﷺ), Jibril dan Muawiyah”.

Contoh hadist palsu (maudhu) yang dikarang oleh ulama yang dibayar Muawiyah

Bertahun-tahun Muawiyah berusaha mengambil tangguk kekhalifahan Islam dari tangan Imam Ali bin Abi Thalib dan Ahlulbait Nabi ﷺ. Muawiyah mengobarkan peperangan melawan Imam Ali yang kita kenal sebagai Perang Siffin. Dan disana pasukan Muawiyah membunuh salah seorang sahabat Nabi yang terkemuka yakni Ammar bin Yassir dan beberapa sahabat dan tabi'in lainnya.

Akhir perang Siffin dan syahidnya Imam Ali

Hasil dari perang Siffin ini, terciptalah suatu kelompok, yakni kelompok Khawarij. Khawarij adalah kelompok yang berkhianat kepada Imam Ali setelah terjadinya peristiwa tahkim.

Saat peristiwa takhim, para kelompok Khawarij memaksa Imam Ali untuk mengirim Abu Musa Al-Asy'ari sebagai perwakilan untuk melakukan negosiasi dengan pasukan Muawiyah yang sudah hendak menyerah. Namun Abu Musa malah dikelabui oleh perwakilan Muawiyah, yaitu Amr bin Ash, sehingga pasukan Imam Ali yang selangkah lagi menuju kemenangan jadi harus menyerahkan Syam ke tangan Muawiyah.

Setelah peristiwa takhim, alih-alih mengakui kesalahan mereka sendiri yang memaksakan Abu Musa sebagai perwakilan negosiasi, kaum Khawrij malah berbalik menyalahkan Imam Ali hingga bersumpah untuk membunuh Imam Ali.

Rencana bengis para Khawarij akhirnya berhasil ketika Imam Ali syahid di Kufah, dibunuh dalam solat subuh oleh pengkhianat bernama Abdurrahman bin Muljam yang dihasut oleh kaum Khawarij.

Syahidnya Imam Ali bin Abi Thalib ditebas dalam solat subuh oleh pengkhianat, Ibnu Muljam yang dihasut kaum Khawarij

Masa kekhalifahan Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib

40 Hijriah

undefinedNamun sialnya bagi Muawiyah, umat Islam pada saat itu memilih Imam Hasan, anak dari Imam Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah berikutnya. Muawiyah langsung menyiapkan ribuan pasukan perang yang hendak ia bawa ke Kufah untuk menggempur kekuatan Imam Hasan sebagai khalifah. Di sisi lain, Muawiyah juga menggelontorkan hartanya untuk menghasut pasukan Imam Hasan untuk mengkhianati sang khalifah.

Orang-orang Muawiyah terus bergerak mengembuskan kabar-kabar bohong tentang para pemimpin pasukan Imam Hasan yang diberitakan tewas. Hal ini membuat pasukan pendukung khalifah kian putus asa. Bahkan mereka akhirnya berbalik menyerang Imam Hasan.

Perjanjian Am Jamaah dan Syahidnya Imam Hasan

Hingga akhirnya Imam Hasan ditinggal tanpa pasukan dan terpaksa untuk berdamai dengan Muawiyah dalam perjanjian am jamaah yang salah satu isinya adalah menyerahkan kekhalifahan kepada putra Abu Sufyan tersebut.

Namun Muawiyah masih belum puas dengan tangguk kekhalifahan dan selalu menggangu bahkan mencoba membunuh Imam Hasan karena ketakutan akan keabsahan kepemimpinannya yang rapuh.

Usaha Muawiyah akhirnya berhasil pada tanggal 28 Safar 50 Hijriah, ketika Imam Hasan syahid diracun oleh istrinya sendiri, Ja’dah binti Al-Asy’ats atas perintah Muawiyah dengan iming-iming uang sebesar 100.000 dinar.

Syahidnya Imam Hasan bin Ali diracun oleh istrinya sendiri yang dihasut Muawiyah